Pendidikan Sepanjang Hayat (Lifelong Learner)
Manusia tidak akan lepas dari pendidikan dan selamanya manusia akan mendidik dirinya sendiri. Begitulah sebaiknya, lifelong learner, belajar sepanjang hayat atau bisa disebut pendidikan sepanjang hayat. Bahwa manusia memiliki kebutuhan mulai dari kebutuhan dasar seperti makan, pakaian, ataupun tempat tinggal. Hingga kebutuhan untuk dihargai oleh orang lain ataupun mengaktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan tersebut menjadi motivasi bagi seseorang untuk bertindak dan melakukan sesuatu. Salah satunya adalah berupaya meningkatkan diri dengan terus belajar terlepas dari usianya, jenjang pendidikannya, ataupun pekerjaannya saat ini.
Sangat disayangkan apabila manusia sekarang sekadar merasa cukup dengan apa yang dimiliki saat ini. Apalagi dalam hal ilmu pengetahuan dan kompetensi. Mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat serta tantangan era digital yang semakin kompleks dan dinamis. Beberapa waktu lalu menghadapi Revolusi Industri 4.0 dimana IoT (Internet of Things) menjadi tantangan. Saat ini tantangan sudah berbeda, yaitu teknologi AI yang semakin cerdas dan mampu menggantikan beberapa tugas dan kemampuan manusia. Maka sudah seharusnya manusia perlu untuk terus belajar.
Belajar tak harus di dalam kelas pun juga tak harus mengikuti program pendidikan tertentu. Perkembangan teknologi membawa cakrawala yang lebih luas dan akses yang lebih mudah tentang makna belajar. Hanya bermodalkan smartphone serta internet, sudah cukup untuk mempelajari satu ilmu atau kemampuan baru. Tak ayal banyak sekali ‘sarjana otodidak‘ yang memiliki kemampuan atau kompetensi tertentu tanpa bimbingan atau mengikuti program pendidikan tertentu. Walaupun banyak bukti bahwa belajar dapat dilakukan secara mandiri atau otodidak, namun ini membutuhkan konsistensi serta persistensi yang lebih. Tantangannya juga terdapat dari pengakuan publik yang belum cukup luas sehingga perlu dibuktikan dahulu melalui portofolio.
Maka mengikuti program pendidikan tertentu dapat menjadi pilihan yang tepat sekaligus praktis. Karena program pendidikan dapat memberikan ilmu secara bertahap dan detail. Selain itu, terdapat guru atau pendidik yang dapat membantu mengarahkan sekaligus membimbing. Sehingga sampai pada tujuan belajar yaitu memahami ilmu pengetahuan atau menguasai kompetensi tertentu. Program pendidikan juga membantu memberikan legitimasi publik sehingga dapat memberikan gambaran informasi apa saja yang telah dipelajari dan sejauh mana penguasaan seseorang atas ilmu atau kompetensi tertentu. Namun tetap perlu dipahami, bahwa tanpa harus mengikuti program pendidikan sekalipun, belajar tetap dapat dilakukan. Dimana saja, kapan saja.
Program RPL di UNY
Rekognisi Pembelajaran Lampau atau RPL adalah program pendidikan yang mengakui pengalaman belajar individu di masa lampau ataupun pengalaman kerjanya. Sehingga melalui pengakuan tersebut, individu dapat melanjutkan pendidikan di tingkat tertentu tanpa harus memulainya dari nol kembali. RPL ini didasarkan pada ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi Nomor 41 tahun 2021 tentang Rekognisi Pembelajaran Lampau. Adapun menurut Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi nomor 91/E/2024 dijelaskan bahwa tujuan dari RPL diantaranya adalah meningkatkan akses dan fleksibilitas untuk menempuh pendidikan tinggi serta mendorong pendidikan sepanjang hayat.
RPL praktis pertama kali diselenggarakan pada tahun 2022. Mulanya dibuka di 63 universitas untuk sekitar 450-an program studi. Namun karena program ini disambut baik sehingga beberapa universitas di tahun-tahun berikutnya juga turut membuka program RPL. Program ini cukup memudahkan dan menjadi angin segar bagi mahasiswa yang sempat tidak menyelesaikan kuliahnya. Sekaligus membuka jalan bagi karyawan ataupun pekerja profesional yang selama ini telah memiliki segudang pengalaman untuk mendapatkan pengakuan dari lembaga pendidikan formal.
UNY adalah salah satu dari 63 universitas yang pertama kali membuka program RPL. Walaupun sejauh ini belum ada data terkait dengan capaian program RPL baik di UNY maupun di universitas-universitas lain. Namun antusiasme masyarakat positif terhadap program ini. Bahkan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi pada tahun 2022 menyelenggarakan RPL Desa untuk Kabupaten Bojonegoro. Sebanyak 394 mahasiswa yang berasal dari aparatur desa di Kabupaten Bojonegoro mengikuti program RPL di UNY. Mereka tersebar di lima program studi yaitu Akuntansi, Manajemen, Pendidikan Luar Sekolah, Pendidikan Sosiologi dan Administrasi Publik. Hal ini menunjukkan bahwa program ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Hingga saat ini UNY terus membuka program RPL. Penerimaan Mahasiswa Baru UNY jalur program RPL dapat diperiksa di https://pmb.uny.ac.id/program-rpl. Daya tampung untuk S1 sebesar 1650 mahasiswa dan S2 sebesar 600 mahasiswa. RPL juga tidak mempersyaratkan usia, sehingga siapapun yang memenuhi syarat seperti memiliki pengalaman belajar di lembaga formal dan nonformal ataupun memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun dan dapat dibuktikan dapat mendaftar program tersebut.
RPL wujud Transformasi Teknologi di Dunia Pendidikan
Program RPL menampung mahasiswa dari berbagai usia dan kalangan asal memenuhi syarat. Program ini juga tidak membatasi mahasiswa harus melakukan pertemuan tatap muka. Hal ini mengingat kebanyakan pendaftar program RPL merupakan pekerja atau karyawan yang telah memiliki jam kerja tersendiri. Sehingga perkuliahan diselenggarakan secara daring walaupun tetap ada porsi untuk pertemuan tatap muka. Selain itu jadwal perkuliahan diselenggarakan antara siang, sore, atau malam hari guna mengakomodir mahasiswa yang masih bekerja.
Karena program ini diselenggarakan secara daring maka teknologi memiliki peran penting. Dosen dan mahasiswa perlu terbiasa menggunakan perangkat-perangkat seperti laptop, webcam, aplikasi Zoom guna menyelenggarakan perkuliahan. Tak jarang dosen juga memanfaatkan platform e-learning seperti Google Classroom ataupun milik UNY sendiri yaitu Besmart. Teknologi membantu banyak hal sehingga program ini dapat berjalan dengan lancar dan mengakomodir banyak kebutuhan baik itu dosen maupun mahasiswa.
Berikut testimoni dari Wildan Maulana A., salah satu peserta program RPL UNY 2024
“Bagi mahasiswa yang belum sempat menuntaskan studi, program RPL ini sangatlah membantu. Karena RPL hadir sebagai jalan untuk menyelesaikan studi tanpa perlu mengulang dari nol.
RPL merupakan kesempatan kedua dengan beberapa kelebihan. Satu hal yang sangat saya rasakan adalah pembelajaran yang lebih intensif melalui platform online. Hal ini sangat membantu saya yang berkuliah sembari bekerja. Sehingga masih dapat mengikuti perkuliahan dan diskusi dengan nyaman. Ditambah dengan jumlah mahasiswa yang lebih sedikit daripada kelas reguler, sehingga umpan balik lebih mudah disampaikan dan diterima oleh dosen.
RPL ini adalah wujud semangat memperjuangkan pendidikan sepanjang hayat yang didukung oleh teknologi. Sangat sulit membayangkan menjalankan program ini tanpa dukungan teknologi seperti internet ataupun e-learning. Program ini telah mewujudkan fleksibilitas serta aksesibilitas dalam dunia pendidikan. Semoga kedepannya program ini dapat berjalan lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat lebih luas lagi.
Leave a Reply