Gita Wirjawan. Bagi yang belum kenal, beliau adalah mantan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) yang hari ini jadi Kementrian Investasi dan Hilirisasi. Beliau juga mantan Menteri Perdagangan Indonesia. Tapi hari ini, banyak yang kenal beliau sebagai Podcaster di Youtube-nya berjudul Endgame.
Sempat beredar potongan video beliau yang membahas tentang perbanyak baca buku dan batasi penggunaan HP. Bahkan beliau dengan lantang sebut sebagai kanker, penyakit. Beliau sendiri mengaku membatasi penggunaan HP hanya dua jam sehari, selebihnya baca buku, menulis, ataupun baca jurnal. Dan tentu saja, ini perlu ditiru. Apalagi beliau mendorong agar anak muda kita dibiasakan seperti ini dengan supervisi guru. Kalau seperti ini Indonesia Emas akan jadi Insya Allah.
Adapun yang saya lebih soroti adalah pernyataan beliau, “bahwa penggunaan hp yang terlalu banyak itu berkorelasi dengan depresi, berkorelasi dengan anxiety, berkorelasi dengan suicide (bunuh diri).”. Saya malah tidak sepakat sebagian, karena dalam buku The Anxious Generation karya Jonathan Haidt, lebih dari itu. Bahwa sudah pernah dilakukan uji eksperimen dan hasilnya media sosial berpengaruh pada kecemasan, tak hanya berkorelasi. Lanjutan pembahasan tentang ini silahkan ikuti dan baca seri tulisan saya “The Anxious Generation”.
Soal Buku dan Literasi
Kalau soal buku, ini masalah yang ternyata cukup kompleks. Cukup diketahui bahwa berdasarkan survey dari UNESCO, dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang gemar membaca. Dan ini tak sekadar soal minat baca, tapi juga soal komitmen banyak pihak. Dan berikut ini menurut saya daftar masalah mengapa bangsa kita belum gemar membaca :
- Jumlah buku di Indonesia sangat sedikit. Book-to-population ratio di Indonesia sebesar 0.09 yang artinya untuk satu buku dibaca atau ditunggu oleh 90 orang. Problem ini juga menjadi masalah bagi penulis. Saat penulis buku belum dihargai maksimal maka jumlah buku di Indonesia pun akan selalu sedikit.
- Krisis ISBN, Indonesia mengalami Krisis ISBN ketika pandemi lalu. Singkatnya gara-gara ada anomali peningkatan penerbitan namun tak diiringi dengan peningkatan literasi. Sehingga ada semacam pembatasan dari sisi kualitas dan kuantitas dari penerbitan buku untuk mendapatkan ISBN.
- Belum menjadi budaya. Membaca seharusnya tak jadi minat segelintir orang, tapi menjadi budaya suatu bangsa. Budaya membaca ini perlu diinisiasi oleh para pembaca buku. Dosen mulai aktif membicarakan buku, guru membaca buku, mahasiswa bawa buku, dan seterusnya. Bahkan bayangan saya dalam setiap kantor/instansi yang ada waktu tunggunya, selalu disediakan perpustakaan kecil. Kantor pos ada lemari buku, rumah sakit ada lemari buku, bahkan kantor SAMSAT pun ada lemari buku.
- Belum menghargai ilmu. Literasi juga soal bagaimana suatu bangsa menghargai ilmu. Jika suatu bangsa masih menganggap remeh ilmu pengetahuan, maka selama itu pula membaca jadi tak menarik. Misal, kalau pejabat masih memberi kursi karena faktor ‘kedekatan’ daripada kompetensi, ya berarti ilmu masih belum dianggap penting.
Turki, Literasi, dan Perpustakaan

Tahun 2022, Turki mengumumkan selesainya pembangunan kompleks Kepresidenan Turki. Sorot utama dari kompleks ini bukan Istana Kepresidenan, bukan Menara, tapi Perpustakaan. Cumhurbaşkanlığı Millet Kütüphanesi atau Perpustakaan Kepresidenan Republik Turki yang langsung menjadi perpustakaan termegah dan terbesar di Turki. Seolah Turki hendak menyampaikan kepada khalayak, kami bangsa yang membaca. Dan itu benar-benar diseriusi oleh mereka. Di bagian tengah dari perpustakaan ini ada bola dunia dimana dinding bagian atasnya bertulisnya al-Quran surat al-‘Alag ayat 4-5. “(Dia) yang mengajarkan dengan pena, (Dia) mengajarkan manusia apa yang belum diketahui.”.
Ibrahim Kalin, penasihat Presiden Turki dan kepala badan Intelejen Turki menceritakan beberapa hal tentang perpustakaan ini. Dalam bukunya “Gök Kubbenin Altında” (Di bawah kubah langit). Sekaligus saya sampaikan saja beberapa kutipan beliau tentang buku, literasi, dan perpustakaan. Saya mendapatkan satu bagian dari buku tersebut versi terjemahan dari Umran Press. Berikut kutipan-kutipan beliau :
“Namun menurut saya para pecinta buku dan ilmuwan harus memiliki perpustakaan pribadi. Beberapa teman akademisi berkata, “Buku ini sudah ada di perpustakaan, kenapa Anda membelinya?” Jawaban saya selalu sama : “Daripada menyesal tidak membeli buku, menyesallah membelinya…. Saya belum pernah melihat orang menyesal karena beli buku, tetapi saya kenal banyak orang menyesal kehilangan kesempatan membeli buku.”
“Kami (keluarga Ibrahim Kalin) selalu punya buku dan perpustakaan di rumah. Anak-anak kami tumbuh bersama buku-buku itu. Sebagai keluarga, kami tidak bisa membayangkan sebuah rumah tanpa adanya perpustakaan.
“di Turki kita tidak cukup membaca buku. Kita hanya punya sedikit perpustakaan…. Disini negara, universitas, dan masyarakat mempunyai tanggung jawab. Persoalan buku dan perpustakaan harus diperlakukan sebagai kebutuhan yang esensial. Bukan sekadar perkara sembarang.”
“Kita perlu mencapai tingkat hikmah dan irfan agar dapat menghargai tingginya nilai ilmu pengetahuan. Hanya di lingkungan ilmu, pikiran, buku, dan perpustakaan yang baik ia (hikmah dan irfan) dapat diraih.”
“Perpustakaan akan menjadi tempat yang memahkotai visi dari kompleks kepresidenan ini…. Perpustakaan Kepresidenan akan terbuka untuk peneliti lokal dan asing, mahasiswa, profesor, guru, pejabat publik, dan semua warga negara tanpa terkecuali. Ia akan menjadi pusat ilm pengetahuan, gagasan, buku, dan sejarah yang melayani bangsa tidak hanya dengan seluruh koleksinya tetapi juga dengan kegiatan, pameran, dan program-programnya.“
“Kami bergerak menuju penataan yang sejalan dengan tujuan Presiden yaitu “Perpustakaan yang buka 24 jam sehari.”
“Perpustakaan adalah ruang organik yang hidup.”
Bayangkan suatu bangsa dimana Presiden dan jajarannya punya mimpi besar soal ilmu pengetahuan, buku, dan literasi. Tentu saja bangsa itu, kelak akan menjadi bangsa yang besar dan berdaulat. Dan seharusnya kita juga demikian, jika tidak dimulai dari atas, setidaknya kita memulai diri kita sendiri. Mengawali perhatian besar tersebut dari lingkaran terkecil kita.
Leave a Reply